AHLUSSUNNAH
WAL JAMA’AH ASWAJA ALA NU
(Menumbuhkan
Semangat Aswaja ala NU)
I.
PENGERTIAN
ASWAJA
Sejarah ASWAJA
Sewaktu Rasulullah masih hidup umat Islam merupakan
satu barisan yang kuat, satu aqidah,
satu wawasan dan berada dibawah bimbingan dari Rasul, begitu pula pada masa
sahabat empat, pada masa ini umat Islam mulai tidak seutuh pada masa Nabi.
Menurut para ahli sejarah mulai adanya firqoh yaitu
mulai tahun 30 H, atau pada masa akhir tahun kekuasaan Usman bin Affan.
Rasulullah bersabda : “Sungguh beriman lah engkau kepada Allah, malaikat,
kitab, rasul, hari akhir, qodar baik dan buruknya adalah dari Allah Taala”.
Hadist tersebut menjelaskan bahwa diakhir zaman
umat Islam akn pecah menjadi firqoh firqoh, satu dengan yang lain sulit
didamaikan apalagi dipersatukan. Hal ini sudah menjadi fakta yang telah
tercantum dalm kitab kitab ushuluddin. Firqoh firqoh itu ada 73 golongan yaitu;
Syiah menjadi 22 aliran, Khawarij menjadi 20 aliran, Murjiah menjadi 5 aliran,
Mu’tazilah menjadi 20 aliran, Najjariyah
menjadi 3 aliran, Jabbariyah tetap satu golongan, Musabikhah satu aliran dan
Alu Sunah wal Jamaah satu aliran.
Istilah
Ahlussunah wal Jama’ah terdiri dari tiga kata, yaitu ahl, as-sunah dan
al-jama’ah.
1.
Dalam
Kamus al-munjid fil Lughah wal A’alam kata ahl mnegandung dua makna. Selain
bermakna keluarga dan kerabat, ahl juga dapat berarti pemeluk aliran atau
pengikut madzhab.
2.
Menurut
istilah syara’ as-sunah ialah sebutan bagi jalan yang disukai dan dijalani
dalam agama, sebagaimana dipraktikkan Rasulullah SAW, baik perkataan, perbuatan
ataupun persetujuan Nabi Muhammad SAW,
3.
sedangkan
al-jama’ah menurut syara’ ialah kelompok mayoritas dalam golongan islam.
Dari pengertian etimologis di atas,
maka makna Ahlussunnah wal Jama’ah dalam sejarah islam adalah golongan terbesar
umat islam yang mengikuti system pemahaman islam, baik dalam tauhid dan fiqih
dengan mengutamakan dalil Al-Qur’an dan hadist daripada dalil akal.
Untuk menguatkan pengertian diatas
terdapat bebarapa hadits yang
diantaranya diriwayatkan oleh imam ibnu
majah yang artinya “menyampaikan Rasulullah SAW akan pecah umatku menjadi 73 golongan, yang selamat satu
golongan, dan sisanya akan hancur, ditanya siapakah yang selamat Rasulullah?
Beliau menjawab Ahlussunnah wal Jama’ah, beliau ditanya lagi apa maksud dari
Ahlussunnah wal Jama’ah? Beliau menjawab; golongan yang mengikuti sunahku dan
sunah shahabatku”.
Dalam
hadist lain juga disebutkan “berpegang teguhlah kamu semua dengan sunah mu dan sunah khulafaur
rasyidin yang semuanya memnperoleh petunjuk sesudahkau” (HR Abu Dawud dan
Turmudzi)
II. PRINSIP-PRINSIP AJARAN MADZHAB DALAM NU
a. Ajaran Ahlus Sunnah Wal jama’ah di Bidang Aqidah
Golongan ahlussunah wal jama’ah dalam bidang akidah mengikuti rumusan
imam Al-Asya’ari yang meliputi enam perkara yang lebih dikenal degan rukun
iman.
Beberapa contoh rumusan akidah Ahlus sunnah wal
jama’ah adalah sebagai berikut :
1. Allah mempunyai sifat-sifat yang sempurna, sifat
wajib adalah sifat-sifat yang harus ada pada Allah SWT yang berjumlah 20, sifat
mustahil adalah sifat-sifat yang tidak boleh ada pada Allah yang berjumlah 20,
dan sifat jaiz bagi Allah yang berjumlah 1 (satu) yaitu Allah itu boleh
menciptakan sesuatu atau tidak.
2. Ahli kubur dapat memperoleh manfaat atas amal sholeh yang dihadiahkan orang
mukmin yang masih hidup kepadanya seperti bacaan Al-Qur’an, dzikir, dan
lain-lain.
3. Orang mukmin yang berdosa dan mati, nasibnya diakhirat
terserah Allah, apakah akan diampuni atau mendapat siksa dahulu neraka yang
bersifat tidak kekal.
4. Rezeki, jodoh, ajal, semuanya telah ditetapkan pada
zaman azali. Perbuatan manusia telah ditakdirkan oleh Allah, tetapi manusia
wajib berikhtiar untuk memilih amalnya yang baik.
5. Surga dan neraka serta penduduknya akan kekal
selama-lamanya.
Dan masih
banyak prinsip-prinsip pokok akidah yang lain.
b. Ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah di Bidang Syari’ah
Dalam bidang syari’ah (fiqih) kaum Ahlus sunnah Wal
jama’ah berpedoman pada empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali).
Hal-hal yang perlu diketahui adalah :
1.
Membaca
sholawat berarti menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya.
2.
Menyentuh
dan membawa Al-Qur’an harus suci dari hadats kecil dan besar.
3.
Membaca
tahlil, sholawat, surat yasin disunnahkan.
a.
Tahlil berasal dari kata hallala, yuhallilu,
tahlilan artinya membaca kalimat la ilaha illa llallah. Dimasyarakat NU sendiri
berkembang pemahaman bahwa setiap
pertemuan yang didalamnya dibaca kalimat itu secara bersama-sama dikhususkan
untuk almarhum/almarhumah disebut majelis tahlil. Sebagaimana yang ercantum
dalam hadits :
Yasin
adalah jantung Al-Qur’an, tidak membacanya seseorang yang mencari Ridho Allah
dan pahala akhirat melainkan Allah mengampuninya, dan bacakanlah Yasin atas
orang-orang mati kalian semua.
(HR. Imam Ahmad)
b.
Dibaiyah adalah suatu acara pembacaan kitab
Diba’, kitab yang isinya biografi, sejarah hidup dan kehidupan Rasulullah.
Landasan dianjurkannya dibaiyah adalah dari hadits
berikut :
“Tersebut
dalam sebuah atsar, Rasulullah pernah bersabda:”Siapa membuat sejarah orang
mukmin (yang sudah meninggal) sama artinyamenghidupkannya kembali seolah-olah
dia sedang mengunjunginya, siapa yang mengunjunginya Allah akan memberinya
surga”.
c.
Membaca
do’a qunut pada sholat shubuh disunnahkan.
Dalam kitab
Mughnil Muhtaj juz awal terdapat hadits berikut:
Diriwayatkan dari imam Abu Hurairoh R. A , berkata
: “Rosulullah SAW ketika bangun dari rukuk pada Roka’at yang kedua dalam sholat
subuh beliau mengangkat kedua tanganNya dan membaca doa berikut: Allahummah ……”
d.
Ziarah
kubur hukumnya sunnah bila bertujuan untuk mengambil pelajaran dan mengingat
akhirat dan untuk mendo’akan orang Islam.
Seperti
diterangkan dalam hadits berikut:
“berziaroh ke kuburlah kamu semua karena
sesungguhnya dapat mengingatkan Akhirat. Dan Nabi Muhammad SAW telah berziarah
ke kuburanyya sahabat-sahabat yang mati syahid dalam perang uhud dan kekuburan
Ahlil Baqi’ kemudian beliau mengucapkan salam dan mendoakan mereka” (HR. Muslim, Imam Ahmad, Ibnu Majah)
e. Mentalqin mayit disunahkan, adapun mentalqin
mayit itu ialah mendiktekan si mayit
yang baru saja dimakamkan untuk menirukan kata-kata tertentu dari si penuntun.
Karena sesungguhnya si mayit bisa mendengar suara sandal orang-orang yang
pulang sehabis mengantar jenazahnya, sebagaimana keterangan hadits berikut:
Artinya : “seorang hamba ketika
telah diletakkan kedalam kuburnya, dan ketika teman-temannya telah
meninggalkannya sesungguhnya dia bisa mendengar suara sandal teman-temannya
teersebut” (HR. Imam Bukhori muslim, Abu Dawud, Nasa’i)
f. Sholat Tarawih 20 Roka’at, karena sesungguhnya
Rasulullah SAW telah melakukan sholat tarawih sebanyak 20 Roka’at.
g. Peringatan 7 hari/ 40 hari orang meninggal atau
Khaul
Sudah jadi tradisi orang NU, kalau ada keluarga
yang meninggal, malam harinya ada tamu-tamu yang bersilaturrahmi, baik tetangga
dekat maupun jauh. Mereka ikut belasungkawa atas segala yang barusan menimpa,
sambil mendoakan orang yang meninggal ataupun yang ditinggalkan juga ingin mengambil
iktibar bahwa kita segera akan menyusul dikemudian hari, tradisi tersebut
biasanya setelah mencapai 40 hari, 100 hari, 100 hari, setahun dan 1000 hari.
Hadits yang dapat dibuat pegangan dalam masalah ini ialah:
Imam Thawus berkata: Seorang yang mati akan beroleh
ujian dari Allah dalam kuburnya selama 7 hari. Untuk itu sebaiknya mereka (yang
masih hidup) mengadakan jamuan makan(sedekah) untuknya selama hari-hari
tersebut. Sampai kata-kata : dari sahabat Ubaid ibn Umair, dia berkata: seorang
mukmin dan seorang munafik sama-sama akan mengalami ujian dalam kubur. Bagi
seorang mukmin akan beroleh ujian selama 7 hari sedang seorang munafik selama
40 hari diwaktu pagi.
h. Istighotsah
Asal kata
Istighotsah adalah Al- Ghauts yang berarti meminta pertolongan
Telah menjadi tradisi di kalangan para ulama Salaf
dan Khalaf bahwa ketika mereka menghadapi kesulitan atau ada keperluan mereka
mendatangi kuburan orang-orang Sholeh untuk berdoa disana dan mengambil
berkahnya dan setelahnya permohonan mereka dikabulkan oleh Allah.
Dalam kitab ‘Uddahal-Hishn al-Hashin disebutkan;
“Diantara
tempat dikabulkannya do’a adalah kuburan orang-orang Sholeh”
c. Ajaran Ahlussunnah Wal jama’ah di Bidang Akhlaq
Kaum Ahlus
sunnah Wal Jama’ah dalam bidang akhlaq atau tasawuf mengikuti imam Abu Qasim
Al-Junaidi dan Imam Ghozali berkata “bahwa tujuan memperbaiki akhlaq itu
adalah untuk membersihkan hati dari kotoran hawa nafsu dan marah, sehingga hati
menjadi suci bagaikan cermin yang dapat menerima nur cahaya Tuhan”.
Menurut imam Junaidim ada tiga tingkat dasar dalam menempuh tarekat :
1.
Takhali, yaitu mengosongkan diri dari sifat-sifat tercela baik lahir maupun
batin.
2.
Tahali, yaitu mengisi diri dan membiasakan diri dengan sifat-sifat terpuji.
3.
Tajalli, yaitu mengamalkan sesuatu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
d. Ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah di Bidang Sosial Kemasyarakatan dan Politik
Dalam
bidang sosial kemasyarakatan dan politik, kaum Ahlus Sunnah Wal jama’ah
mampunyai prinsip dan ciri khas yang berbeda dengan golongan lain. Dalam
beberapa hal ada persamaan pendapat dan dalam hal lainnya ada perbedannya. Hal
ini tampak jelas dalam beberapa masalah, antara lain :
1. Masalah Khilafiyah
Dalam masalah kepemimpinan dan pemerintahan wajib ditegakkan sebagai
pewaris kepemimpinan Rasulullah SAW. namun bentuk kongkritnya diserahkan kepada
umatnya sendiri, sebab dalam mengurus urusan dunia, ajaran Islam menyerahkannya
pada umat dengan jalan bermusyawarah untuk memperoleh hasil yang terbaik dan
bermanfaat.
Allah berfirman yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman Taatlah
kamu sekalian kepada Allah dan kepada Rasul-nya dan ulil Amri dari kamu
sekalian” (Qs. An-Nisa’ : 59)
Yang dimaksud ulil amri adalah khalifah penguasa yang
kepemimpinannya wajib diikuti oleh rakyatnya, kewajiban mentaati disini dengan
syarat pemerintahan harus dijalankan atas dasar prinsip kebenaran dan berlaku
adil.
2. Masalah Persaudaraan dan Perbedaan Pendapat
Pendirian Ahlussunnah Wal jama’ah bahwa semua muslim adalah bersaudara
dan jika, terjadi perbedaan pendapat (perselisihan) diusahakan “islah”
(berdamai), menurut prosedur yang telah ditetapkan. Jika terjadi perselisihan
dan kesalahan hasur dicari jalan keluarnya dan diperbaiki menurut tata cara
yang disepakati.
3. Masalah Dosa
Perbuatan dosa adalah perbuatan yang dilakukan tidak berdasarkan
perintah agama dan bertentangan dengan ajaran agama ahlus Sunnah Wal Jama’ah
berpendirian bahwa setiap orang yang menyekini kebenaran syahadatain. Betapa
besar dosanya, dia tetap dianggap sebagai muslim. Agar supaya kita tidak
terjerumus dalam perbuatan dosa baik kecil maupun besar, maka perlu menyadari
akibat perbuatan dosa yang kita lakukan. Dengan demikian kita dapat
mengendalikan hawa nafsu dan berpikir lebih jauh setiap tindakan yang akan
dilakukan dan akibatnya.
MENGENAL NAHDLATUL ULAMA
"Melestarikan Perjuangan Para Ulama dan Kyai"
PENDAHULUAN
Selama Ini yang kita ketahui, NU berdiri pada tanggal 31
Januari 1926 atau 14 tahun sesudah Muhammadiyah berdiri karena Muhammadiyah
berdiri pada Tahun 1912. Tetapi, secara tradisi, budaya, cara keberagamaan NU sudah ada sejak berabad
– abad yang lalu bersamaan dengan awal perkembangan Islam di Indonesia yang
disebarkan oleh Walisongo. Dalam mengembangkan dakwah Islam di Nusantara, para
wali tersebut menggunakan cara – cara yang santun, pendekatan akhlaq, Uswah dan
sangat menghormati semua tradisi masyarakat yang sudah ada / hadir di
masyarakat. Namun demikian bukan berarti semua tradisi yang ada dianggap benar,
melainkan secara perlahan – lahan dimasuki dan diganti dengan unsur – unsur
Islam. Sebagai bukti adalah beberapa tradisi budaya yang saat ini masih ada di
kalangan Nahdhiyyin sebagai berikut :
1. Dalam masyarakat
Syiwa – Budha ajaran Yoga tantra dari sekte Sakhta ada tradisi yang dinamakan
Upacara Pancamakara / Ma – Lima / 5 M : Mamsya (daging), Matsya (ikan), Madya
(Minuman keras), Maituna (bersetubuh), Mudra (semadi). Peserta upacara terdiri
dari laki – laki dan perempuan membentuk lingkaran. Kemudian di tengahnya
terdapat makanan, lauk pauk dan Miras. Nah, para wali kemudian mengubah upacara
ini dengan tetap membentuk lingkaran tetapi makanan diganti dengan berbentuk
makanan dan minuman yang halal serta tidak ada semadi tetapi diganti dengan
sekian rapalan doa tahlil. Tradisi inilah yang sekarang kita kenal dengan
istilah kenduri. Istilah ini sendiri berasal dari bahasa persia yaitu “
Kandhuri” yang berarti Upacara. Di
persia ada Upacara Kandhuri untuk memperingati Fatimatuzzahro.
2.
Dulu ketika masyarakat beribadah namanya
“Sembah Yang”. Sulit rasanya
mengubah menjadi “Shalat”. Makanya diganti dengan kata Sembayang. Begitu juga
kata Sanggar yang digunakan sebagai tempat sembahyang diganti dengan kata
Langgar agar tidak kesulitan mengucapkan Mushalla. Dalam Masyarakat juga ada
tradisi menahan makan dan minum yang disebut Upawasa. Kata Shoum tentu sulit
diterima. Maka yang digunakan adalah puasa.
Ada beberapa konsep pembinaan umat dan para alim ulama
kita yang perlu kita pahami dan kita pedomani dalam membina umat Nahdlatul
Ulama serta menumbuhkan dinamika perjuangan NU ke depan.
Konsep – konsep tersebut adalah :
1. Pengertian Mabadi Khoiru Ummah ( KH.
Mahfudz Siddiq )
2. Pengertian panca Gerakan NU ( KH. Ali Ma’shum )
3. Pengertian Khittah NU 1926 ( KH. Akhmad
Shiddiq )
4. Perkembangan dan Dinamika Perjuangan NU
A. Mabadi Khoiru Ummah
Mabadi khoiru Ummah adalah nilai – nilai keteladanan yang
membentuk karakter warga NU melalui upaya pemahaman keagamaan NU yang bertumpu pada 5 (lima)
sendi , yaitu : Al shidqu, Al Amanah, Al Adalah, Al Ta’awun, Al Istiqomah :
a Al Shidqu Artinya kejujuran,
kebenaran, kesungguhan, dan keterbukaan di dalam menampilkan suatu masalah
b Al Shidqu Artinya dapat dipercaya, setia dan tepat janji
c Al Adalah Artinya sikap Adil
d Al Ta’awun Artinya tolong menolong, setia kawan dan gotong royong
e Al Istiqomah Artinya Keajekan atau konsisten,
kesinambungan dan berkelanjutan
Buah dari pemahaman keagamaan dan sikap kemasyarakatan
membentuk tingkah laku dan nilai – nilai keteladanan NU yang dapat membedakan
antara karakter NU dengan tingkah laku organisasi lain di luar NU.
B. Pengertian Panca Gerakan NU
Doktrin Panca Gerakan NU merupakan konsep pembinaan umat
dari KH Ali Ma’shum, untuk menumbuhkan pemahaman terhadap kesadaran warga
Nahdliyyin tentang tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan.
Konsep tersebut Intinya :
a. Al Tsiqoh Bi NU
Setiap warga NU harus yakin dan
percaya penuh terhadap NU sebagai satu – satunya tuntunan hidup yang benar
b. Al Ma’rifah Wa Al Istqon Bi NU
Setiap warga NU harus
benar-benar memberi bobot ilmiah tentang NU dengan sungguh-sungguh
c. Al Amal Bi Al Ta’lim Bi NU
Setiap warga NU harus
mempraktekkan ajaran dan tuntunan NU
d. AL Jihad Fi Sabil NU
Setiap warga NU harus
memperjuangkan NU agar tetap lestari dan terus berkembang pesat
e. Al Shabru Fi Sabil NU
Setiap waraga NU harus bersabar
dalam melakukan tugas, menghadapi rintangan kegagalanmaupun sabar terhadap
rayuan – rayuan atau paksaan paksaan untuk meninggalkan NU
3. Pengertian Khittah 1926
Khittah adalah landasan berfikir, bersikap dan bertindak
warga NU yang harus tercermin dalam tingkah laku baik perorangan maupun organisasi atau dalm
setiap proses pengambilan keputusan. Khittah adalah faham Islam Aswaja yang
digali dari sejarah perjalanan NU dari masa kemasa dan disesuaikan dengan
kondisi masyarakat Indonesia.
Ada 9 ( sembilan ) butir isi Khittah Nahdliyyin
1. Mengenal
sejarah berdirinya NU
2. Khittah
sebagi landasan perjuangan NU
3. Paham
Keagamaan NU
4. Sikap
keagamaan NU
5. Perilaku
dan cirri khas NU
6. Ikhtiar
melakukan program garapan NU
7. Ulama
sebagi pemegang pimpinan tertinggi NU
8. Keberadaan
NU sebagai organisasi kemasyarakatn
9. Semangat
( ghiroh ) dalam mengamalkan khittah NU
Keberhasilan cita – cita perjuangan NU adalah tergantung
dari pengamalan khittah para pimpinan dan warganya dalam meresapi, menghayati,
gdan mengamalkan butir – butir khittah NU yang merupakan landasan perjuangan
NU.
Kembali ke khittah NU berarti kembali ke garis – garis
perjuangan NU, embali ke organisasi jamiyyah Diniyyah Islamiyyah, meninggalkan
kegiatan politik praktis balik menekuni kembali bidang agama, social,
kemasyarakatan untuk berkhidmah kepada agama, negara dan bangsa.
5. Perkembangan dan Dinamika Perjuangan NU
NU sebagai wadah perjuangan adalah alat untuk
mempertahankan diri, memelihara, melestarikan dan mengamalkan ajaran islam ala
ahlussunnah wal jamaah menuju rahmatan lil alamin.
Dinamika perjuangan NU adalah berkhidmat demi agama,
bangsa dan Negara tidak pernah mengalami surut sejak berdirinya tahun 1926
hingga sekarang, hal tersebut dapat dilihat dalam perkembangan dan dinamika
tersebut dibawah ini ;
Tahun 1918 : Mendirikan Nahdlatuttujjar (
Penggalangan Ekonomi )
Tahun 1922 : Mendirikan Taswirul Afkar (
Penggalangan budaya )
Tahun 1924 : Mendirikan Nahdlatul wathon ( Penggalangan
bangsa )
Tahun 1926 : Mendirikan NU
( Nahdlatul Ulama/Kebangkitan Ulama ) diproklamirkan di Muktamar NU ke -1 di Surabaya, dan mengangkat Roisul
Akbar Hadlatus Syaikh Hasyim Asy’ari
Tahun 1945 : Turut aktif dalam persiapan
Kemerdekaan RI dan turut membidani lahirnya partai Masyumi
Tahun 1952 : NU Keluar dari Masyumi ( karena
tidak ada Kecocokan )
Tahun 1954 : NU berubah menjadi partai politik (
Hasil Muktamar ke -20 )
Tahun 1955 : NU mengikuti pemilu pertam di
Indonesia zaman orde lama
Tahun 1971 : NU mengikuti pemilu ke 2 zaman
Orde baru
Tahun 1973 : NU diharuskan fusi meleburkan diri
ke PPP
Tahun 1984 : NU menyatakan keluar dari PPP dan
kembali ke khittah 1926 ( hasil muktamar NU ke 27 di Situbondo Jatim)
Tahun 1998 : NU memfasilitasi berdirinya Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB ) di era reformasi, jamiyyah NU tetap netral/khittah
Tahun 1999 : PKB partai yang difasilitasi PBNU
mengikuti pemilu pertama di era reformasi. KH Abdurahman Wachid ( Gus Dur )
mantan Ketua PBNU terpilih sebagi presiden RI ke IV. NU mencanangkan
kebangkitan ke II di Muktamar NU ke-30 di Lirboyo Kediri Jatim
Demikian sekilas
perkembangan dan dinamika perjuangan NU yang tanpa mengenal berhenti patah dan tumbuh hilang berganti.
Tua tua keladi semakin tua semakin jadi, tua tua kelapa semakin tua semakin
berjasa.
DEMI IPNU IPPNU
(Menyiapkan Pelajar dan Santri
yang beriman, bertaqwa,
berilmu, kreatif dan mandiri)
Ke IPNU an
Latar
Belakang Berdirinya IPNU
1.
Faktor Aqidah
Karena
mayoritas bangsa Indonesia beragama Islam ala Ahlussunnah Wal jamaah.
2.
Faktor pendidikan
Karena pendidikan
merupakan media yang efektif untuk melakukan pengkaderan, sehingga kader-kader
muda terdidik dan terarah untuk menciptakan kader yang professional. Pelajar
memiliki usia, pemahaman dan latar pendidikan yang relatif sama sehingga akan
mudah memberikan sebuah informasi atau pelajaran.
Tujuan lahirnya IPNU
1.
Mempersatukan antar pelajar umum dan agama (santri).
2.
Mengumpulkan anak-anak NU.
3.
Mengembangkan pengetahuan agama dan umum.
4.
Mempersiapkan pemimpin NU dan bangsa di masa datang.
5.
Mengembangkan syari’at Islam Ala ASWAJA.
Organisasi yang lahir sebelum
IPNU
1.
Tsamrotul Mustafidin, lahir di Surabaya 11 Oktober 1936.
2.
Persatuan Murid Nahdlotul Oelama (PAMNO) tahun 1936.
3.
Ikatan Siswa Mubalighin Nahdlotul Oelama (IKSIMINO), lahir di Semarang 1952.
4.
Persatuan Pelajar Nahdlotul Oelama (PERPENO) lahir di Kediri.
5.
Ikatan Pelajar Nahdlotul Oelama (IPINO).
6.
Ikatan Pelajar Nahdlotul Oelama (IPNO) di Surakarta.
Sejarah singkat lahirnya IPNU
Pada dasarnya Ikatan Pelajar
Nahdlatul Ulama (IPNU) didirikan sebagai organisasi kesiswaan dan kesantrian,
ia dimasukkan dalam rangka menyatukan gerakan langkah dan dinamisasi kaum
terpelajar di kalangan Nahdliyyin.
Ketika Kongres LP Ma’arif NU
di Semarang tanggal 20 Jumadil Akhir 1373 H atau 24 Februari 1954 M, M. Tholhah
Mansur mengusulkan dibentuknya ikatan bagi pelajar NU yang mana anggotanya
adalah putra NU dan usulan tersebut diterimaoleh forum. Detik itu pula IPNU
dilahirkan di kota Semarang.
Dalam perjalanannya, IPNU
mengalami 3 fase perubahan. Yang pertama, IPNU lahir dari basis pelajar
dan santri, kedua IPNU berbasis umum dan ketiga IPNU kembali pada
habitatnya yaitu basis pelajar dan santri. Pada saat fase kedua, IPNU mempunyai
persoalan yang cukup besar dimanaIPNU hampir kehilangan jati dirinya sebgai
kader. Hal itu terjadi akibat adanya tekanan yang dilakukan oleh rezim Orde
Baru dengan strategi penerapan UU nomor 8 tahun 1985 tentang ideologi ormas yang menjadikan
pancasila sebagai satu-satunya asas serta dipolitisasi (penghapusan) dengan
mewadahi semua OKP dalam KNPI. Selai itu dengan adanya SKB tiga menteri yang
salah satu poinnya pelarangan organisasi kesiswaan selain OSIS dan Pramuka.
Dengan demikian, IPNU berbenah
diri dan mengubah orientasi dan garis perjuangan pasca diberlakukannya UU tersebut. Hal itu
teraktualisasi dan terformulasi dalam Keputusan IPNU-IPPNU X tahun 1988 di
Jombang, dengan mengganti huruf ”P” yang semula Pelajar menjadi Putra/Putri.
Hal tersebut menjadikan segmentasi IPNU lebih luas.
Pasca Kongres tersebut,
disadari maupun tidak disadari perluasan orientasi ternyata berdampak kurang
baik terhadap kinerja dan aktifitas IPNU secara konstitusional maupun
operasional. Maka pada Kongres IPNU tahun 2000 di Makasar mengeluarkan
deklarasi Makasar lewat rekomendasi Komisi A (organisasi) yang mencetuskan
keputusan :
§ Mengembalikan IPNU pada visi
keterpelajaran sebagimana tujuan awal.
§ Menumbuhkembangkan IPNU pada
basis perjuangan yaitu di sekolah dan Ponpes.
§ Mengembalikan Corp Brigade
Pembangunan sebagai kelompok kedisiplinan, kepanduan dan kepencintaalaman di
sekolah-sekolah)
Fase ketiga merupakan
Implementasi dari isi deklarasi Makasar tahun 2000. Tepatnya pada Kongres XIV
IPNU di Sukolilo Surabaya 18-21 Juni 2003 IPNu kembali ke habitatnya.
Mengembalikan IPNU ke basis pelajar dan santri merupakan salah satu bentuk
pembenahan diri untuk menata organisasi. Oleh karena itu, dengan menggarap
kalangan pelajar diharapkan akan lebih cepat dan efektif dalam memberikan pemahaman
terhadap konsep dan ajaran NU sehingga kan melahirkan kader-kader professional
sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Tokoh pendiri IPNU
1.
Tholhah Mansyur (Mahasiswa UGM)
2.
Ismail (Mahasiswa IAIN Kalijogo)
3.
Mahbub Junaidi (Mahasiswa UI).
4.
M. Sofyan Kholil
5.
A. Ghani Farida
6.
M. Uda
7.
M. Sahal Makmun (Mahasiswa UI)
8.
Abdurrohman Wahid (Jawa Timur)
9.
Ilyas Ru’at (Jawa Barat).
Sifat IPNU
Ø Keterpelajran
Ø Kekeluargaan
Ø Kekaderan
Ø Kemasyarakatan
Ø
Keagamaan
Fungsi IPNU
1.
Wadah berhimpun untuk melanjutkan semangat dan nilai-nilai nahdliyah.
2.
Wadah komunikasi untuk menggalang ukhuwah islamiyah.
3.
Wadah aktualisasi dalam pelaksanaan dan pengembangan syari’at islam.
4.
Wadah kaderisasi untuk mempersiapkan kader-kader bangsa.
Lima pedoman yang harus diperhatikan dalam
pengembangan IPNU (Mabadi Al-Khomsah)
1.
Ash-Shidqu
Jujur/keberanian, kesungguhan dan keterbukaan.
2.
Al-Amanah
Dapat dipercaya, setia dan tepat janji.
3.
Al-Adalah
Adil.
4.
Ta’awun
Tolong menolong, setia kawan dan gotong royong.
5.
Istiqomah
Tetap, berkesinambungan dan berkelanjutan.
Visi IPNU
Terwujudnya pelajar yang
bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlakul Karimah, menguasai IPTEK, memiliki
kesadaran dan tanggungjawab terhadap tatanan masyarakat yang berkeadilan dan
demokratis atas dasar ajaan Islam Ahlussunnah wal Jama’ah.
Misi IPNU
Pembinaan dan pemberdayaan
terhadap pelajar dan santri serta mempengaruhi pihak-pihak terkait dengan
pembinaan dan pemberdayaan para pelajar dan santri putra.
Keanggotaan
Anggota IPNU adalah para
pelajar, santri dan remaja putri yang telah berumur 13 s/d 30 tahun.
Jenjang Pengkaderan
a.
Masa Kesetiaan Anggota ( MAKESTA )
b.
Latihan Kader Muda ( LAKMUD )
c.
Latihan Kader Madya ( LAKMAD )
d.
Latihan Kader Utama ( LAKUT )
Jenjang Kepengurusan IPNU
1.
Tingkat Nasional disingkat PP
(Pempinan Pusat), Katua Umum Ahmad Syauqi dari Jawa Timur.
2.
Tingkat Provinsi Jawa Tengah disingat PW (Pimpinan Wilayah), dengan Ketua
Muhaimin dari Wonosobo.
3.
Tingkat Kabupaten disingkat PC (Pimpinan Cabang) dengan Ketua M. Adhim dari
Bojong.
4.
Tingkat Kecamatan disingkat PAC (Pimpinan Anak Cabang)
5.
Tingkat Desa disingkat PR (Pimpinan Ranting).
6.
Tingkat sekolah disingkat PK (Pimpinan Komisariat).
Lambang IPNU
Arti lambang
a.
Warna hijau
: subur, warna kuning : hikmah yang tinggi, warna putih : suci, warna kuning di
antara putih : hikmah dan cita-cita yang tinggi
b.
Bentuk bulat : kontinyu, terus menerus
c.
Titik tiga di antara kata I.P.N.U : Iman , Islam, Ihsan
d.
Enam strip mengapit huruf IPNU : rukun Iman
e.
Bintang : ketinggian cita-cita
f.
Sembilan bintang : lambang keluarga Nahdlatul Ulama, yaitu :
1)
Lima bintang di atas yang satu besar di tengah : Nabi Muhammad, yang empat
kanan kiri : Khulafaur Rasyidin, Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali
2)
Empat bintang di bawah : madzhab empat ,: Hanafi, Maliki, Syafi’i dan
Hambali
g.
Dua kitab : AL Qur’an dan Al Hadits
h.
Bulu : lambang ilmu, dua bulu angsa bersilang : sintesa antara ilmu umum
dan ilmu agama
i.
Sudut bintang lima : rukun Islam
Ke IPPNU an
LATAR BELAKANG KELAHIRAN IPPNU
Bermula dari perbincangan ringan yang dilakukan oleh
beberapa remaja putri yang sedang menuntut ilmu di Sekolah Guru Agama (SGA)
Surakarta, tentang keputusan Muktamar NU ke-20 di Surakarta. Maka perlu adanya
organisasi pelajar di kalangan Nahdliyat. Dalam keputusan ini NU beserta
banomnya seperti Muslimat NU, Fatayat NU, GP. Anshor, IPNU dan banom NU lainnya
membentuk tim resolusi IPNU putri pada kongres I IPNU di Malang Jawa Timur.
Selanjutnya disepakati dalam pertemuan tersebut bahwa peserta putri yang akan
hadir di kongres Malang dinamakan IPNU putri.
Dalam suasana kongres ternyata keberadaan IPNU putri nampaknya masih
diperdebatkan secara alot. Semula direncanakan secara adminiftratif hanya
menjadi departemen didalam tubuh organisasi IPNU. Sementara hasil negosiasi
dengan pengurus teras PP IPNU telah membentuk semacam kesan eksklusivitas IPNU
hanya untuk pelajar putra. Melihat hasil tersebut maka pada hari kedua kongres,
peserta putri yang hanya diwakili lima daerah yaitu (Yogyakarta, Surakarta,
Malang, Lumajang, dan Kediri) melakukuan konsultasi dengan dua jajaran di
pengurus teras Badan Otonom NU yang menangani pembinaan organisasi pelajar
yaitu PB Ma’arif (saat itu dipimpin Bpk. KH. Syukri Ghozali) dan ketua PP
Muslimat NU (Mahmudah Mawardi). Maka dari pembicaraan selama beberapahari
tersebut telah membuat keputusan sebagai berikut :
1.
Tanggal 28 Februari - 5 Maret 1955 terbentuknya IPNU Putri di Malang.
2.
Pembentukan Organisasi Putri secara organisatoris dan secara administratif
terpisah dengan IPNU.
3.
Tanggal 2 Maret 1955 M / 8 Rajab 1374 H dideklarasikan sebagai hari kelahiran IPNU putri.
4.
Untuk menjalankan roda organisasi dan upaya pembentukan cabang selanjutnya
ditetapkan sebagai ketua yaitu UMROH MAHFUDHOH dan sekretarisnya bernama
SYAMSIYAH MUTHOLIB.
5.
PP IPNU putri berkedudukan di Surakarta Jawa Tengah.
6.
Memberitahukan dan memohon pengesahan resolusi dan pendirian IPNU putri
kepada PB Ma’arif NU, kemudian PB Ma’arif NU menyetujui dengan merubah nama
IPNU putri menjadi IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama).
PERJALANAN IPPNU DARI MASA KE MASA
Sejalan dengan adanya kongres dari beberapa zaman
(Kemerdekaan, Orla, Orba, Era reformasi) tentu mengalami berbagai peristiwa
yang sangat menonjol dalam suatu keputusan kongres, dan dalam perjalanan IPPNU
dari masa ke masa antara lain :
1.
Bulan Februari 1956 diadakan konferensi IPPNU di Surakarta.
2.
Tanggal 1-4 Januari 1957b padaMuktamar NU di Pekalongan IPPNU ikut serta.
Acara itu diisi olahraga dan juga menghasilkan lambang IPNU-IPPNU.
3.
Tanggal 14-17 Maret 1960 diadakan Konbes I di Yogyakarta, membicarakan
keorganisasian, kemahasiswaan, pendidikann islam serta bahasa arab.
4.
Tahun 1964 dilaksanakan konbes III bersama IPNU di Pekalongan, dengan
menghasilkan Doktrin Pekalongan dan mengusulkan agar KH. Hasyim Asy’ari sebagai
pahlawan.
5.
Tanggal 30 Agustus 1966 dalam kongres di Surabaya IPNU dan IPPNU memohon
kepada PBNU untuk menerimanya sebagai badan otonom.
6.
Tahun 1967 pada Muktamar NU di Bandung, resmilah IPPNU dimasukkan dalam
PD/PRT NU sebagai badan otonom sampai sekarang.
7.
Pada perkembangan berikutnya nampak pemerintah juga tidak ingin mengambil
resiko membiarkan dunia akademik terkontaminasi dengan unsur politik manapun,
sehingga diberlakukan UU No. 8 tahun 1985 tentang keormasan khusus utuk
organisasi ekstra pelajar adalah OSIS, selama itu IPPNU mengalami stagnasi
pengkaderan dan PP didominasi oleh para aktivis yang usianya sudah melebihi
batas. Maka pada kongres IX IPPNU di Jombang tahun 1987, secara singkat telah
mempersiapkan perubahan asas organisasi dan IPPNU yang kepanjanganny IKATAN
PELAJAR PUTRI NAHDLATUL ULAMA telah berubah menjadi IKATAN PUTRI-PUTRI
NAHDLATULM ULAMA.
8.
Bulan Oktober 1990 pada konbes IPPNU di Lampung, menghasilkan citra diri
dan memantapkan PPOA IPPNU.
9.
Pada kongres X IPPNU tahun 1991 di ponpes AL WAHDAH Lasem Jawa Tengah,
telah menguatkan indenpendensi IPPNU dan IPNU yang merupakan organisasi
terpisah.
10.
Tanggal 10-14 Juli 1996 di pesantren Al Musyaddidah Garut Jabar mengadakan
kongres XI IPPNU, yang menekankan yang menekankan usia kepemudaan di tubuh IPNU
supaya sejajar dengan organisasi pemuda yang lain.
11.
Konbes bulan September 1998 di Jakarta, menghasilkan rekomendasi yang
sangat menonjol di era reformasi yaitu bahwa IPPNU menyambut baik pendirian PKB
yang tidak menggunakan nama NU.
12.
Tanggal 22-25 Maret 2000, pelaksanaan kongresb XII IPPNU di Makasar Ujung
Panjang, telah mendeklarasikan bahwa IPPNU akan dikembalikan ke basis
kepelajaran dan wacana gender.
13.
Tanggal 18- 23 Juni 2003 kongres XIII IPPNU di asrama haji Sukolilo
Surabaya mengembalikan IPPNU kepada Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama.
14.
Juli 2006 kongres XIV IPPNU ponpes Darunnajah Jakarta.
15.
Tanggal 19-23 Juni kongres XV IPPNU di ponpes Al Hikmah Brebes Jawa Tengah
mempertahankan misi kepelajaran IPPNU.
Tokoh-tokoh yang pernah menjadi Ketua Umum Pimpinan
Pusat IPPNU adalah:
1.
Rekanita Umroh Mahfudhoh (Gresik Jatim. 1955-1956)
2.
Rekanita Basyiroh Soimuri (Solo Jateng. 1956-1958)
3.
Rekanita Basyiroh Soimuri (Solo Jateng. 1958-1960)
4.
Rekaniata Mahmudah Nachrowi (Malang Jatim. 1960-1963)
5.
Rekanita Farida Mawardi (Surakarta. 1963-1966)
6.
Rekanita Mahsanah Asnawi (Rembang. 1966-1970)
7.
Rekanita Ratu Ida Mawaddah (Serang Banten. 1970-1976)
8.
Rekanita Misnar Ma’ruf (Padang Sumbar. 1976-1981)
9.
Rekanita Titin Asiyah (Jakarta. 1981-1988)
10.
Rekanita Ulfah Masfufah (Jatim. 1988-1991;1991-1996)
11.
Rekanita Safira Mahrusah (Yogyakarta. 1996-2000)
12.
Ratu Diah Hatifah (Banten. 2000-2003)
13.
Siti Soraya Devi (Cirebon. 2003-2006)
14.
Wafa Patria Ummah (Jatim. 2006-2009)
15.
Margareth Aliyatul Maemunah ( Jatim, 2009-2012)
LAMBANG IPPNU
Arti lambang
a.
Warna hijau : kebesaran, kesuburan serta dinamis
b.
Warna putih : kesucian, kejernihan, serta keberhasilan
c.
Warna kuning : hikmah yang tinggi / kejayaan
d.
Segitiga : Iman, Islam, dan Ihsan
e.
Dua buah garis mengapit warna kuning : dua kalimat syahadat
f.
Sembilan bintang : keluarga Nahdlatul Ulama yang diartikan :
1)
Empat bintang besar paling atas : Nabi Muhammad SAW, empat bintang di
sebelah kanan : empat sahabat Nabi ( Abu Bakar, Umar. Usman, dan Ali )
2)
Empat bintang di sebelah kiri : empat madzhab yang diikuti ( Hanafi,
Maliki, Syafi’i dan Hambali )
g.
Dua kitab : Al Qur’an dan Al Hadits
h.
Dua bulu bersilang : aktif menuntut ilmu umum dan agama
i.
Dua bunga melati : perempuan dengan kebersihan pikiran dan kesucian hatinya
memadukan dua unsur ilmu pengetahuan umumdan agama
j.
Lima titik di antara tulisan I.P.P.N.U : rukun Islam
TUJUAN IPPNU
Tujuan IPPNU Adalah kesempurnaan kepribadian bagi pelajar
putri Indonesia sehingga akan terbentuk pelajar putri Indonesia yang bertakwa
kepada Allah SWT, berilmu, berakhlak mulia, berwawasan kebangsaan serta
bertanggung jawab atas tegak dan terlaksananya syariat Islam menurut faham Ahlussunah
Waljama’ah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tetap menjunjung tinggi
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
AZAS
IPPNU berakidah Islam yang berhaluan Ahlussunah Wal
Jama’ah dengan mengikuti salah satu madzhab : Hanafi, Maliki, Syafi’I dan
Hambali. Adapun azaznya adalah Pancasila.
KEANGGOTAAN
Anggota IPPNU adalah para
pelajar, santri dan remaja putri yang telah berumur 12 s/d 30 tahun.
JENJANG PENGKADERAN
a.
Masa Kesetiaan Anggota ( MAKESTA )
b.
Latihan Kader Muda ( LAKMUD )
c.
Latihan Kader Madya ( LAKMAD )
d.
Latihan Kader Utama ( LAKUT )
STRUKTUR ORGANISASI
a.
Pimpinan Pusat ( PP ), berkedudukan di Ibu Kota
Negara
b.
Pimpinan Wilayah ( PW ), berkedudukan di tingkat
Propinsi
c.
Pimpinan Cabang ( PC ), berkedudukan di tingkat
Kota / Kabupaten
d.
Pimpinan Anak Cabang ( PAC ), berkedudukan di
tingkat kecamatan
e.
Pimpinan Ranting ( PR ), berkedudukan di tingkat
Kelurahan / Desa
f.
Pimpinan Komisariat ( PK ), berkedudukan di Pondok
Pesantren atau di setiap sekolah / madrasah di Lembaga Pendidikan Ma’arif NU dan di tingkat Perguruan Tinggi
HUBUNGAN IPNU-IPPNU DAN ORMAS LAIN
Kaitan IPNU- IPPNU dan NU, bahwa IPNU dan IPPNU
secara organisatoris merupakan badan otonom NU yang resmi tercantum pada
Anggaran Rumah Tangga NU pasal 27 poin 6 bagian f, hasil MuktamarNU Lirboyo
Jawa Timur yang mana bahwa IPNU dan IPPNU mempunyai hak dan kewajiban yang sama
dengan badan otonom yang lain.
Hubungan IPNU dengan IPPNU, bahwa IPNU merupakan
mitra kerja IPPNU, sedangkan hubungan IPNU dan IPPNU dengan ormas lain, bahwa
IPNU dan IPPNU mempunyai kedudukan yang sejajar dengan ormas lain yang
tergabung dalam satu wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda (KNPI).
MANAJEMEN ORGANISASI
(Sebuah Aktualisasi Diri Dalam Bermasyarakat)
Pengertian organisasi:
Dalam arti
statis :
Organisasi
adalah wadah kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam arti
dinamis :
Organisasi
adalah sebuah sistem atau kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan
tertentu.
Penyakit-penyakit organisasi
1. Tujuan
telah ditetapkan, namun tidak dirumuskan secara jelas dan rinci
2.
Pembagian tugas tidak adil, merata, tuntas dan jelas
3. Anggota
semata-mata bekerja sesuai dg tugasnya tanpa kerjasama antar divisi/bidang atau
departemen.
4.
Perasaan bahwa bidang/divisi/departemennya yang paling penting
5. Tidak
seimbangnya tanggung jawab dengan wewenangnya
6. Terlalu
banyak anggota/bawahan hingga sulit diawasi.
7. Bawahan
diberi satu tugas dari atasan yg berbeda dg perintah yg berbeda
Prinsip-prinsip organisasi
Menurut Max Weber:
1. Pembagian
tugas & kerja
2.
Kesatuan pengarahan
3.
Sentralisasi
4. Jenjang
organisasi
Menurut
Fayol:
1.
Kegiatan berbasis skill/kemampuan yang dimiliki SDM
2.
Keseuaian tugas dg kebijakan, prosedur dan peraturan
3.
Tanggung jawab tugas
4.
Decision making/Pembuatan Keputusan dibuat secara formal, tdk subyektifitas
pribadi
5. Tugas
berdasar sistem kecakapan.
Fungsi Dan Tujuan Organisasi
1.
Agar tujuan
tercapai dg efektif keterlibatan anggota dalam perumusan tujuan organisasi
2.
Terdapat
pembagian tugas dalam perumusan tujuanTujuan bidang/divisi tdk boleh
bertentangan dg tujuan umum organisasi.
3.
Tujuan harus
serealistis mungkin : sesuai dg kondisi organisasi.
4.
Kejelasan batasan
yg hendak dicapai dari tujuan.
5.
Melakukan
antisipasi jika tujuan tdk tercapai, dan
leader melakukan koreksi/evaluasi dalam organisasi
Pembagian Tugas Dan Pekerjaan
Memiliki
Pedoman :
1. Tujuan
harus dijabarkan dalam tugas-tugas pokok
2. Tugas
pokok dijabarkan dalam fungsi
3. Fungsi
diikuti dengan kegiatan
4. Tiap
koordinator departemen/kabid diberi daftar tugas yg harus dijalankan
5. Meski
tugas bervariasi, namun antar divisi/bidang/departemen saling berkaitan
6.
Penempatan posisi orang harus sesuai dg keahlian, kecakapan & kemampuan
(the right man in the right place)
7. Beban
tugas disusun semerata mungkin
8.
Pengukuran jumlah anggota secara kuantitatif/ kualitatif dan berkala
9.
Penentuan anggota/ketua/koordinator bidang/divisi harus mempertimbangkan aspek
pendidikan dan kemampuannya.
Wewenang & tanggung jawab organisasi
pelimpahan
wewenang adalah penyerahan sebagian otoritasi seorang
pemimpin
organisasi kepada anggota bawahannya secara structural yang secara jelas
terjabarkan dalam fungsi dan tugas serta tanggungjawab untuk menjalankan
tugasnya.
Pedoman pelimpahan wewenang
1. Batas wewenang,
tugas dan tanggung jawab harus JELAS
2.
Memperhatikan pendapat calon penerima wewenang
3.
Keyakinan penerima wewenang dapat menjalankan dengan baik
4. Pemberi
otoritas tetap melakukan pengawasan
PERENCANAAN DALAM ORGANISASI
Pengertian PLANNING
Fungsi
manajemen yg berkaitan dg pemilihan alternatif pencapaian tujuan, pelaksanaan
kebijakan, prosedur dan program organisasi.
Hakekat PLANNING
1.
Planning = proses berkesinambungan
2.
Planning = melibatkan semua elemen organisasi
3.
Planning = disusun secara bertingkat
4.
Planning = kegiatan dimasa mendatang
5.
Planning = jawaban dr keadaan organisasi tertentu
Macam-macam perencanaan
Berdasarkan Wujud
Perencanaan
fisik berkaitan dg fasilitas fisik
Perencanaan
jangka pendek antara 1 – 2 tahun
Berdasarkan Waktu
Perencanaan
non fisik perencanaan menyeluruh tapi tidak berkaitan dengan yang fisik
Perencanaan
jangka menengah antara 2 – 10 tahun
Perencanaan umum-kombinasi
Kombinasi antara unsur fisik dan non fisik
Perencanaan
jangka panjangUntuk 10 tahun ke atas
Prinsip-prinsip
perencanaan :
☺ Prinsip
Kontribusi sasaran
☺ Prinsip sehat dan teraturnya organisasi
☺ Prinsip faktor pembatas
☺ Prinsip keterikatan organisasi
☺ Prinsip perencanaan yang terkoordinasi
☺ Prinsip penggunaan waktu
☺ Prinsip efisiensi
☺ Prinsip keluwesan
☺ Prinsip
perubahan situasi dan kondisi secara terkendali
☺ Prinsip penerimaan
Setidaknya
bagi seorang kader organisasi harus memahami analisa SWOT yang dikemukakan oleh
William N. Dunn yaitu :
Munculnya
SWOT karena :
1. Individu/kelompok/organisasi
2. lingkungan (internal & eksternal)
Analisa SWOT perencanaan/ pemecahan masalah.
SWOT
awalnya muncul sebagai instrumen bagi organisasi profit menyusun perencanaan
& penyelesaian problemnya. SWOT memiliki corak analisis 3-1-5
Artinya :
analisis saat ini (1) mengumpulkan data 3 tahun yang lalu (3) untuk menemukan
strategi bagi 5 tahun kedepan (5)
SWOT = (Strength, Weakness,
Opportunity, Threat)
• Strength
(kekuatan) sumberdaya, keterampilan atau keunggulan khas atas orang/ organisasi
lain.
•Weakness
(kelemahan) keterbatasan ataukekurangan sumberdaya, keterampilan, kapabilitasyg
menghambat.
•Opportunity
(peluang) situasi penting ygmenguntungkan.
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar